Sebuah project baru saja diakhiri dengan paksa dan kini saya merasakan sebuah kekosongan yang aneh. Masih ingat project yang awal February lalu nyaris nggak jadi itu? Kami akhirnya menggarap project tersebut. Dan biasanya kami selalu menyelesaikan sebuah project sampai titik terakhir, sebuah film yang lengkap dan utuh sesuai kesepakatan.
Tapi kali ini lain. Shooting kelar. Editing offline sudah setengah jalan. Tiba-tiba dihentikan dengan paksa. Karena berbagai sebab. Cih.
Saya pikir saya akan lega dengan dihentikannya project ini, yang berarti tidak perlu lagi lembur editing sampai menjelang pagi, tidak perlu lagi meeting-meeting panjang yang menjengkelkan… tapi saya salah.
Saya kecewa dan terluka. Karena untuk pertama kalinya project saya tidak selesai sebagaimana mestinya. Have you ever been in my shoes? Where you are forced not to finish something you have started? Something you were enthusiastic with?
Darn it!
April 20, 2010 pukul 1:22 pm
setuju..! bete banget..!
apa gak sebaiknya diselesaikan sendiri saja demi portfolio?
Maret 11, 2010 pukul 11:29 pm
hehhe,, sangat ga enak banget Mbak.
tapi energi kesel nya bisa dipake buat ngerjain project lain dengan lbh smangat 🙂
Maret 10, 2010 pukul 8:50 pm
blom lagi soal tenaga, dana dan waktu yang udah kadung kita korbanin yah?? iihh… bener2 sia-sia..
Maret 6, 2010 pukul 9:06 pm
@Plukz: masalahnya ini berurusan sama klien jeh! duh!
@wongiseng: lho? trus hasil akhirnya buat apa ?
@desty: persis!!! baru kali ini aku mengalami yg begini!! duh!
Maret 5, 2010 pukul 10:02 pm
pernah.. rasanya sia-sia..
Maret 5, 2010 pukul 5:58 pm
Pernah Bai. Akhirnya kadang malah ya dikelarin sendiri aja, walaupun gak diterima dan gak menghasilkan apa-apa, kecuali kepuasan batin.
Maret 5, 2010 pukul 5:36 pm
an unfinished business ya mba..bikin ga tenang emang
ini pernah kejadian sama saya, bukan proyek memang, tapi hampir mirip lah semacam ini 🙂