Bukan, ini bukan gulat atau adu otot antara lelaki dengan perempuan. Ini soal bagaimana lelaki dan perempuan mengolah serta menafsirkan kata-kata yang didengarnya. Dengar-dengar kan sel-sel abu-abu kecil milik lelaki dan perempuan bekerja dengan cara yang entah kenapa, berbeda. Ini dia contoh soalnya.
Saya dan seorang sahabat perempuan yang sudah cukup lama nggak ketemu sore itu janjian untuk bareng-bareng bezoek seorang teman kuliah yang baru saja menjalani operasi. Inilah secuil obrolan saat kami baru bertemu:
Saya: Lo bagus pake baju itu!
Sahabat: Gue keliatan kurusan ya? *senyum senang*
Saya sempat melongo sedetik, sebelum kemudian berusaha memberikan senyum termanis. Kenapa melongo? Karena sumpah deh, dia beneran bagus pakai baju yang warna dan potongannya cocok dengan postur serta warna kulitnya, tapi sama sekali tidak menyembunyikan tubuh montoknya! Alias sama sekali nggak keliatan kurus… Lah? Kan saya juga nggak bilang dia kurusan?
Lalu lain waktu saya bersama seorang kawan perempuan nonton di bio
skop dan sebelum film utama mulai diputarlah trailer film The Proposal. Itu lho, yang ada Sandra Bullock sebagai eksekutif dengan karir gemilang tapi lalu desperate mencari suami. Saya bilang, “Kayaknya seru tuh! Ntar nonton yuk!”
Tanpa diduga, teman ini lalu dengan nada ngambek menuduh saya nyindir alias meledeknya karena memang di usianya yang ke-33 ini dia masih single, dan karirnya di sebuah perusahaan multinasional sangat bagus. Lhooo…. modyaaarr!! Padahal beneran sama sekali nggak ada niat nyindir!! Kok ya dia interpretasinya terlalu jauuuuh!
Lain lagi kalau saya ngomong sama pasangan saya. Lelaki satu itu memang tidak sensitif, apalagi romantis. Suatu hari saya minta dibikinkan kompilasi play list lagu lembut pengantar tidur di ipod, lalu minta memindahkan speaker-nya dari ruang duduk ke dalam kamar. Maksudnya ya biar bisa diputar sebelum saya dan Sabai kecil terlelap, mengingat dia sering pulang malam.
Berhari-hari nggak juga dia kerjain. Tiap saya tagih, dijawabnya “Ntar deh.” Sebenarnya saya bisa bikin play list sendiri, tinggal mindah dari laptop. Ukuran speakernya pun kecil saja, saya kuat membawanya sendiri ke kamar. Tapi pengin nge-test aja seberapa niat dia mengabulkan permintaan saya. Tadi pagi saya tagih lagi, katanya “Ntar, aku beliin ipod yang baru dulu yang kapasitasnya lebih gede”
Saya pun kesal, akhirnya tadi saya bilang, “Aku nggak minta ipod baru! Aku cuma minta diperhatiin! Dan caranya dengan bikinin play list, stel di kamar! Jelas nggak sih?” Huh! Laki-laki yang katanya jago berpikir logis, ternyata malah nggak praktis.
Jadi, benarkah perempuan lebih ekspresif dalam mengemukakan perasaannya, sehingga juga lebih reseptif terhadap ungkapan orang lain, meski itu beresiko menginterpretasikan terlalu jauh sebuah pernyataan? Sementara laki-laki lebih mengutamakan kalkulasi dan superioritas sehingga cenderung mengabaikan sisi emosi?
Share your thoughts and have a good day today!
Februari 2, 2010 pukul 3:32 pm
kl gtu mending lngsng to the point aja kayaknya mbak, tp emang kadang susah jg sih mencegah org utk berinterpretasi sesuai dgn maksud omongan kita
Februari 2, 2010 pukul 4:37 pm
tiap org kayaknya beda dlm menangkap maksud dr lawan bicara…
seperti aq prnh ngucapin suka ma org tp dia nganggapnya malah canda ….
Januari 26, 2010 pukul 6:46 pm
perempuan tak jarang menginterpretasikan omongan lelaki terlalu jauh, padahl pikiran yang ngomong ndak sampe sejauh itu, hahahahaha….dengan kata lain ya ndak ada makna konotasi dari omongan si laki-laki, tapi si perempuan tetep berusaha nyari udang di balik batu.
jadi, sebetulnya tulisan di atas sudah bener smua (secara teori) tapi praktikumnya yang susah ya, hehehe…
Januari 26, 2010 pukul 6:58 pm
praktikum! huahahaha… sdh belasan tahun nggak denger kata itu! sejak lulus SMA!
Januari 26, 2010 pukul 5:10 pm
mampir mampir :))
ehm, saya ndak banyak komen lah, belum menguasai teknik komunikasi dengan kaum hawa yang baik dan benar ๐
pada intinya saya punya satu keyakinan kalau kepekaan pasangan itu kunci buat membina romansa ๐ itu saja ๐
Januari 26, 2010 pukul 7:00 pm
hehehe… baru kok, boleh dibilang ini rangkuman dari posting2 di ngerumpi dan bicarafilm, plus kalo saya rajin dari curi pandang.
plus kalo lagi gak ada yg diajak ngomong yaaa…. ngomong ama keyboard! ๐
Januari 26, 2010 pukul 5:01 pm
Tiga kali mencoba ngomentarin artikel yang dingerumpi tapi gak masuk-masuk komentarnya, kapok ๐ฆ
Itu kebingungannya agak mirip. Antara mengajak nonton The Proposal ternyata malah diartikan menyindir, dengan minta dibikinin playlist yang ternyata mesti diartikan sebagai bentuk perhatian ๐
Januari 26, 2010 pukul 5:19 pm
maksudnya mirip dgn sama pengalaman pribadi gitu?
hmmm… tampaknya ini mmg masalah ‘klasik’ yg dialami banyak pasangan lelaki dan perempuan. entah kalau pasangan sesama jenis, apa juga mengalami masalah macam ini juga…