Apa rasanya bila Anda bekerja di sebuah perusahaan yang nyaris semua karyawannya memandang sebelah mata pada Anda hanya karena dandanan Anda tidak ‘selevel’ dengan mereka? Lalu bos Anda yang masih muda, single, dan ganteng punya masalah krisis percaya diri yang parah, dan Andalah satu-satunya orang dia andalkan membantunya mengatasi berbagai krisis di kantor.
Itu yang terjadi pada Betty Suarez, perempuan Hispanic 23 tahun yang bekerja sebagai asisten Editor in Chief majalah fashion terkemuka di New York, MODE. Awalnya Betty dipekerjakan oleh Bradford Meade, bos besar pemilik Meade Publication tempat majalah MODE bernaung justru karena wajahnya yang nggak cantik menurut ukuran dunia fashion New York. Ini karena reputasi playboy Daniel Meade sang editor in chief dengan asisten-asisten cantik sebelumnya. Sang bapak ingin mewariskan tahtanya pada Daniel karena dirinya sudah tua, sementara Alex, kakak Daniel yang dididik menjadi pebisnis, diduga tewas dalam kecelakaan tragis.
Nah, mulailah Betty, sang itik buruk rupa, menjalani hari-harinya sebagai PA, personal assistant Daniel di majalah fashion yang penuh intrik, office politic dan tentunya standar super tinggi soal fashion dan body image. Tentu tak ketinggalan sederet tokoh antagonis yang super bitchy, Wihelmina Slater sang direktur kreatif dan Marc St James, pria kemayu yang jadi asistennya.
Serial ini adaptasi ABC Television atas Betty la Fea yang dulu pernah tayang di TV nasional kita, dan versi Ugly Betty ini laku keras di AS serta negara-negara lain melalui saluran TV berbayar dan retail DVD seriesnya. Bagi kaum perempuan urban, kehidupan Betty sedikit banyak menjadi cerminan. Kadang penonton merasakan apa yang terjadi pada Betty, dia alami pula di lingkungan kerjanya. Tentu nasib Betty lebih dramatis, dengan berbagai krisis yang seolah tak ada habisnya, agar serial ini intriknya seru dan selalu di tunggu.
Dari kacamata kehidupan sehari-hari seorang personal assistant, Uggly Betty sebenarnya menyampaikan satire yang sangat mengena mengenai kehidupan masyarakat urban yang seringnya lebih mementingkan kemasan dari pada isinya. Dialog-dialog sangat tajam, bitchy sehingga enak diikuti dan kerap mengundang tawa, atau senyum miris.
Sementara eksekusi visualnya punya ciri khas dengan warna-warna terang dan kontras. Plus, tiap pindah adegan selalu dengan gimmick editing yang ciamik. Bagi saya, detik-detik tiap pindah adegan ini bagaikan kejutan kecil, dan dengan antusias saya menunggu kejutan apalagi yang akan ditampilkan. Pembuatnya jelas memikirkan dengan sangat detil scriptnya, pengambilan gambar setiap scenenya, kapan dan bagaimana harus memotong tiap adegan. Cantik!