Obrolan ini terjadi suatu siang beberapa waktu lalu saat menunggu hasil otopsi salah satu anggotan gembong teroris di depan kamar mayat RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Seorang teman jurnalis, sebut saja Sofi, curhat soal kesedihannya harus meninggalkan putri pertama kerja, setelah masa cuti hamilnya habis. Putrinya masih berumur 3 bulan. Sofi kuatir stock ASI perahnya di rumah tidak cukup. Dan dia mempertimbangkan untuk memberikan susu formula nanti sepulang kerja.
Saya langsung terusik. Saya memohon pada Sofi untuk tidak memberikan susu formula dan terus berusaha memerah ASI. Saya ceritakanlah betapa dulu, semasa Sabai kecil masih dalam masa pemberian ASI eksklusif (sebelum berumur 6 bulan), saya memompa setiap 3 jam sekali di kantor, masukkan di botol kaca kecil-kecil ukuran 150 ml, melabeli botol-botol ini dengan jam dan tanggal pemerahan, serta menyimpannya di kulkas kantor sampai saatnya pulang.
Memang nggak gampang melakoni proses perah-simpan ASI ini di kantor. Kita perlu pengertian rekan-rekan sekantor atau seruangan soal kegiatan ini. Kita perlu private space, syukur kalau dapat ruang khusus. Saya dulu minjem ruangan salah satu direktur, pria. Pak direktur ini saya ketahui sayang sama anak-anaknya. Jadi saya jelaskan bahwa saya ingin memberikan yang terbaik buat putri saya, termasuk ASI. Maka saya perlu meminjam ruangannya tiap 3 jam sekali untuk memerah. Karena kalau anak saya sehat, tentu saya tenang bekerja dan bisa memberikan performa maksimal buat perusahaan (halah!)
Ruangan khusus ini perlu, karena saya pakai pompa model mini electric, bekerja dengan tenaga listrik atau 2 batere AA sehingga mesinnya menimbulkan suara mendengung yang lumayan keras. Nah, saya memilih pompa listrik karena sambil mompa saya tetep bisa kerja. Tangan kiri memegang pompa dan botol, tangan kanan diatas mouse, membaca script atau materi lain. Multi-tasking bo! Asal hati-hati jangan sampai tumpah diatas keyboard pak direktur! Semua ini demi segala kebaikan ASI:
Selain memberikan gizi lengkap secara alami, ASI mudah dicerna, sehingga jarang sekali menimbulkan gangguan pencernaan seperti diare dan konstipasi.
Bayi-bayi yang disusui jarang sekali mengalami kelebihan berat badan. Jarang diantara mereka yang menderita alergi ataupun infeksi karena bakteri. ASI memberikan proteksi alamiah dengan cara mengalirkan antibodi penting dari ibu ke bayi. Menyusui memberikan manfaat psikologis kepada bayi karena melalui menyusui ia merasakan kehangatan dan kedekatan fisik ibunya.
Melanjutkan cerita memompa di kantor tadi, suatu hari seorang teman pria yang berbadan besar dan gondrong nyaris menenggak salah satu botol ASI saya, tanpa dia tahu isinya apa. Dia cuma pikir, itu air susu. Dan dia suka susu. Titik. Teman ini sudah membuka tutup botolnya, siap menenggak isinya, ketika tiba-tiba Lina, office girl kantor, berteriak “Jangaaaaan diminum!!” Lina bukannya menjelaskan isi botol itu, malah heboh memanggil saya agar segera mendekat ke kulkas… Untung belum terminum.
PS: Sofi tampaknya jadi termotivasi memberi full ASI. Sorenya dia SMS saya, batal beli susu formula dan memilih ke toko bayi langganan saya di Mall Ambassador untuk beli pompa ASI electric.
Mei 27, 2010 pukul 5:20 pm
siiipppp….damian juga dapet asi eksklusif…setelah itu bertahan sampai dia umur 15 bulan karena dia ga mau nenen lagi, hihihihi…hidup ASI 🙂