Percakapan pagi hari, saat matahari belum tinggi:
Sabai kecil (membawa DVD Pocoyo): Babe, mau liat ini, Pato lagi melukis!
Babe (masih ngantuk, semalam begadang): Hah? Sejak kapan Pato melukis?
Yeah, bagi Sabai kecil Pato adalah tokoh animasi seekor bebek kuning yang lucu, sementara bagi si Babe, Pato adalah pemain muda yang semalam mencetak gol bagi AC Milan. Saya senyam-senyum saja menjadi saksi percakapan yang nggak nyambung ini.
Sejak dulu saya punya pertanyaan maha besar yang sampai kini belum terjawab. What is it with men and football?
Apa sih yang membuat mereka, para laki-laki straight, antusias menanti sebuah pertandingan lalu betah duduk dua jam lebih memandangi 22 orang pria saling berebut sebuah bola?
Dulu waktu masih lajang, saya menyaksikan teman-teman pria di kantor seperti zombie saat berlangsungnya Piala Dunia atau Piala Eropa. Mereka begadang nonton bola semalaman dan akibatnya di kantor hadir tapi ngantuk, lemes dan nggak fokus kerja. Dan ketidakfokusan ini sempat menyebabkan salah satu pekerjaan kami berantakan. Maka ketika itu, saya pun berjanji dalam hati, nggak akan mau kawin sama pecinta sepak bola!
Eh, dasar jodoh, entah kesambet demit mana, saya kawin dengan seorang komentator sepak bola! Ya ya ya… ini namanya termakan omongan sendiri. Ya wis, biarlah, mungkin cinta itu memang buta *dikeplak kamus Braille!*
Bisa dibayangkan, saya yang blas nggak ngerti sepak bola ‘terpaksa’ mendengar celoteh si Babe yang berapi-api menjelang atau sesudah sebuah pertandingan berlangsung. Dan kecintaannya pada sepak bola terhitung total, mulai dari menyimak berbagai liga di Eropa, sampai menonton ke stadion bila timnas atau Persija bertanding. Tentu, saya selalu diajaknya. Dan tentu, saya sebisa mungkin mencari alasan untuk menolak.
Suatu malam, sudah jam 00.30 ketika kami parkir di halaman EP, sebuah pub di area Kemang. Suami saya untuk kesekian kalinya bertanya, “Beneran gak mau ikut masuk?” Saya hanya menggeleng, lalu mengatur sandaran jok mobil supaya enak buat rebahan dan mulai memejamkan mata. Babe pun menyerahkan kunci mobil, segera melompat keluar mobil untuk nonton bola di pub itu.
Saya ngapain dong? Seperti biasa, tidur di mobil sambil nunggu pertandingan selesai. Yep, tidur di mobil lebih nyaman dari pada duduk semeja dengan segerombolan pria yang matanya terpaku pada layar lebar, memandangi si kulit bulat ditendang kesana-kemari!
Nah, pernah juga Babe masih di jalan ketika sebuah pertandingan berlangsung. Dia meminta saya menonton pertandingan itu di TV rumah, lalu dia menelfon saya dan bertanya apa yang terjadi. Oke. Atas nama cinta (cih!) saya mau melakukannya.
Saya: Kesian Be, Zidane kepalanya berdarah!! Tuh, dia lagi ngiket rambutnya, darahnya masih ngalir aja!
Babe: Hah?! Sejak kapan Zidane punya rambut? Gondrong pulak? Yang kamu lihat luka itu Raul kali???
Saya: Ooh… *bengong*
Sejak saat itu saya nggak pernah lupa, kalau Zidane kepalanya gundul plontos.
Oktober 14, 2020 pukul 4:14 pm
situs nonton bola live dengan jadwal dan statistik permainan dan head to head dari setiap team favorit anda
https://site-3102165-5406-4820.mystrikingly.com/blog/situs-nonton-bola-online-terbaik